konferensi internasional Arsip - Universitas Gadjah Mada https://ugm.ac.id/id/tag/konferensi-internasional/ Mengakar Kuat dan Menjulang Tinggi Fri, 19 Jul 2024 04:17:29 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.1.7 Konferensi AAS in Asia Resmi Ditutup, Peserta Diajak Ikut Menari Beksan Wanara https://ugm.ac.id/id/berita/konferensi-aas-in-asia-resmi-ditutup-peserta-diajak-ikut-menari-beksan-wanara/ https://ugm.ac.id/id/berita/konferensi-aas-in-asia-resmi-ditutup-peserta-diajak-ikut-menari-beksan-wanara/#respond Fri, 12 Jul 2024 06:22:07 +0000 https://ugm.ac.id/?p=66815 President of the Association for Asian Studies (AAS) Prof. Hyaeweol Choi dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof. Dr. Wening Udasmoro menutup Konferensi Internasional AAS in Asia di Grha Sabha Pramana UGM, Kamis (11/7) malam. Penutupan kegiatan konferensi ini ditandai dengan pementasan tari beksan wanara, dimana para peserta diajak untuk ikut menari bersama dengan para […]

Artikel Konferensi AAS in Asia Resmi Ditutup, Peserta Diajak Ikut Menari Beksan Wanara pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
President of the Association for Asian Studies (AAS) Prof. Hyaeweol Choi dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof. Dr. Wening Udasmoro menutup Konferensi Internasional AAS in Asia di Grha Sabha Pramana UGM, Kamis (11/7) malam. Penutupan kegiatan konferensi ini ditandai dengan pementasan tari beksan wanara, dimana para peserta diajak untuk ikut menari bersama dengan para penari.

Dalam pidato sambutannya, Hyaeweol Choi mengatakan konferensi AAS in Asia berjalan cukup lancar dan memberi pengalaman bagi peserta dalam berbagi hasil penelitian dan pengalaman menikmati atraksi budaya yang disuguhkan oleh penyelenggara. “Sungguh luar biasa bisa berkolaborasi dengan UGM tahun ini. Panitia penyelenggara dan acara budaya serta panel yang ditampilkan luar biasa, dipersiapkan dengan sangat baik. Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang menghadiri konferensi ini,” katanya.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, menyampaikan apresiasi pada peserta yang mengikuti konferensi selama tiga hari dengan penuh semangat. “Jadwal yang padat dan banyaknya panel yang menampilkan topik-topik menarik, tidak diragukan lagi menjadikan kami bahwa ini sebuah perjalanan yang ketat secara intelektual,” kata Wening.

Menurutnya presentasi riset yang disampaikan oleh para peserta telah menjadi sumber inspirasi dan pengayaan akademis mencakup upaya mengatasi kesenjangan sosial, politik, dan ekonomi, serta hubungan yang sangat dinamis di dalamnya. “Sepanjang konferensi ini, kami telah mengeksplorasi bagaimana budaya tradisional dilestarikan, dimodifikasi, dan dihibridisasi,” katanya.

Di konferensi ini, banyak peserta menyampaikan hasil kajian budaya-budaya baru yang tidak hanya berkembang dalam konteks asli mereka tetapi juga melampaui batas-batas negara. Pada saat yang sama, kata Wening, kita juga dihadapkan pada kenyataan marginalisasi budaya, bahkan di dalam wilayah masyarakat asli. Beragam strategi yang digunakan oleh komunitas budaya marginal untuk bertahan dan melawan. “Saya kira di Asia, ditambah dengan wawasan para peneliti, praktisi budaya, dan seniman dari seluruh dunia, telah menjelaskan fenomena ini,” ujarnya.

Secara khusus Wening menyampaikan penghargaan yang tulus pada seluruh peserta atas kontribusi mereka dalam berbagi hasil penelitian dan pengalaman budaya. Di sisi lain, UGM yang menjadi bagian dari jaringan institusi pendidikan global menyambut hangat terjalinnya peluang kolaborasi antar pihak dengan berbagai bidang studi yang bisa dikerjasamakan. “Harapan tulus kami agar konferensi AAS di Asia yang dilaksanakan UGM ini telah menciptakan kenangan positif bagi seluruh peserta,” pungkasnya.

Penulis: Gusti Grehenson

Foto: Firsto

Artikel Konferensi AAS in Asia Resmi Ditutup, Peserta Diajak Ikut Menari Beksan Wanara pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/konferensi-aas-in-asia-resmi-ditutup-peserta-diajak-ikut-menari-beksan-wanara/feed/ 0
Produksi dan Distribusi Pengetahuan Soal Asia Perlu Didorong ke Tingkat Global https://ugm.ac.id/id/berita/produksi-dan-distribusi-pengetahuan-soal-asia-perlu-didorong-ke-tingkat-global/ https://ugm.ac.id/id/berita/produksi-dan-distribusi-pengetahuan-soal-asia-perlu-didorong-ke-tingkat-global/#respond Wed, 10 Jul 2024 03:31:22 +0000 https://ugm.ac.id/?p=65967 Benua Asia sejak dahulu telah menjadi lalu lintas global dalam pergerakan manusia, material, seni, dan ide. Namun sejak abad terakhir, kawasan Asia semakin menonjol dan memberikan pengaruh signifikan pada perubahan global. Dimulai dari pengaruh politik dan ekonomi kawasan Asia Tenggara, inisiatif Jalur Sutra Baru Tiongkok, dampak industri otomotif Jepang, hingga ledakan K-pop, dan revolusi teknologi […]

Artikel Produksi dan Distribusi Pengetahuan Soal Asia Perlu Didorong ke Tingkat Global pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Benua Asia sejak dahulu telah menjadi lalu lintas global dalam pergerakan manusia, material, seni, dan ide. Namun sejak abad terakhir, kawasan Asia semakin menonjol dan memberikan pengaruh signifikan pada perubahan global. Dimulai dari pengaruh politik dan ekonomi kawasan Asia Tenggara, inisiatif Jalur Sutra Baru Tiongkok, dampak industri otomotif Jepang, hingga ledakan K-pop, dan revolusi teknologi informasi di India. Pengaruh yang besar pada dunia global tersebut perlu disertai dengan produksi dan distribusi pengetahuan tentang Asia, serta pentingnya komunikasi ilmiah. Hal itu dikemukakan oleh President of the Association for Asian Studies (AAS), Prof. Hyaeweol Choi, dalam konferensi internasional AAS in Asia di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Selasa sore (9/7).

Selain itu, kata Choi, diaspora Asia di Amerika Utara dan Selatan, Oseania, dan Asia menjadi semakin menonjol. Meski Asia, Oseania, Afrika, dan Eropa juga merupakan saluran penting keuangan global, seni, pendidikan, dan pangan namun para diaspora dari benua lain juga bermigrasi ke Asia, menciptakan dinamisme baru di kawasan ini. “Ketika kita membahas fenomena ini, Asia bukanlah sebuah entitas yang homogen, tapi selalu sangat beragam, kompleks, dan cair,” katanya.

Meski begitu, kawasan Asia juga menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis demokrasi, dampaknya tatanan global neoliberalisme, kemajuan teknologi digital yang afirmatif namun juga problematis, termasuk kecerdasan buatan, dan krisis lingkungan yang semakin meningkat.

Berbagai peristiwa bersejarah ini menurutnya memerlukan pendekatan-pendekatan inovatif yang memberikan pencerahan baru terhadap Asia dan dunia. Sebagai ide, metode, dan kerangka. Asia Global bukanlah pendekatan tunggal dan terpadu. Sebaliknya, ini adalah hal yang gesit dan terbuka. “Kita ingin mengeksplorasi cara-cara yang saling berhubungan di mana sejarah, budaya, dan masyarakat Asia telah dibentuk dan juga telah membentuk dunia. Elemen yang saling berhubungan membawa Asia ke dalam dialog yang sangat produktif dengan keahlian regional yang lebih luas, perdamaian, dan kerangka teoritis, seperti modernitas, kolonialisme, migrasi, lingkungan hidup, dan banyak lainnya. Asia Global sebagai sebuah konsep menghargai perspektif komparatif,” paparnya.

Yang tidak kalah penting menurut Choi adalah peran keragaman bahasa dalam kaitannya dengan produksi dan penyebaran pengetahuan tentang Asia. Sebab, bahasa memainkan peran penting dalam segala hal yang kita lakukan. Namun, tidak semua bahasa dihargai dan diperlakukan sama. Menyadari betapa berharganya keragaman bahasa merupakan langkah penting dalam memikirkan kembali dunia global produksi dan distribusi pengetahuan tentang Asia, serta pentingnya komunikasi ilmiah.  “Pengetahuan mendalam tentang suatu tempat, masyarakat, dan negara telah menjadi kekuatan mendasar studi Asia di masa depan. Berdasarkan kekuatan dasar ini, kita berada pada titik strategis untuk mendorong inovasi pendekatan untuk menerangi interkoneksi historis dan kontemporer serta pluralitas dinamis,” ujarnya.

Iriana FDJ Ximenes, mahasiswa PhD Flinders University yang menjadi salah satu peserta dan pembicara pada panel tentang Dynamics of Labor Migration in Southeast Asia, menyampaikan kegembiraannya mengikuti konferensi AAS in Asia. Bahkan Iriana terkesan dengan tarian yang disajikan oleh Sastra Oebah pada acara pembukaan AAS in Asia di UGM. “Senang sekali. Saya sangat terkesan dengan tariannya. Ini pertama kalinya saya melihat tarian budaya tradisional yang bagus. Ada banyak disiplin ilmu, dan saya tertarik untuk melihat apa yang akan disajikan oleh para pembicara,” kata Iriana.

Megan Hewitt, perwakilan American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) yang menjadi salah satu panitia penyelenggara AAS in Asia bersama UGM dan AAS, menyatakan pihaknya sangat merekomendasikan UGM sebagai universitas penyelenggara AAS pertama di Asia karena reputasi UGM yang baik.  “AIFIS sangat merekomendasikan UGM karena reputasinya yang baik sekali. Akademisi asing juga sangat disambut di Jogja,” kata Megan.

Penulis: Gusti Grehenson

Foto: Firsto

Artikel Produksi dan Distribusi Pengetahuan Soal Asia Perlu Didorong ke Tingkat Global pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/produksi-dan-distribusi-pengetahuan-soal-asia-perlu-didorong-ke-tingkat-global/feed/ 0
Dihadiri Ribuan Peserta dari 43 Negara, Rektor UGM Buka Konferensi Internasional AAS in Asia https://ugm.ac.id/id/berita/dihadiri-ribuan-peserta-dari-43-negara-rektor-ugm-buka-konferensi-internasional-aas-in-asia/ https://ugm.ac.id/id/berita/dihadiri-ribuan-peserta-dari-43-negara-rektor-ugm-buka-konferensi-internasional-aas-in-asia/#respond Tue, 09 Jul 2024 04:26:25 +0000 https://ugm.ac.id/?p=65931 Sebanyak lebih dari 1.500 para peneliti dan akademisi yang berasal dari 43 negara mengikuti konferensi konferensi international Association for Asian Studies (AAS)-in-Asia yang bertajuk Global Asias: Latent Histories, Manifest Impacts yang berlangsung pada 9-11 Juli mendatang di kampus UGM. Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K), Ph.D., dalam pidato sambutan pada pembukaan […]

Artikel Dihadiri Ribuan Peserta dari 43 Negara, Rektor UGM Buka Konferensi Internasional AAS in Asia pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Sebanyak lebih dari 1.500 para peneliti dan akademisi yang berasal dari 43 negara mengikuti konferensi konferensi international Association for Asian Studies (AAS)-in-Asia yang bertajuk Global Asias: Latent Histories, Manifest Impacts yang berlangsung pada 9-11 Juli mendatang di kampus UGM.

Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K), Ph.D., dalam pidato sambutan pada pembukaan konferensi AAS in Asia di Graha Sabha Pramana, Selasa (9/7), mengatakan bahwa UGM merasa menjadi institusi Indonesia pertama yang menjadi tuan rumah Konferensi AAS di Asia. “Kita mengapresiasi dipilihnya UGM sebagai tuan rumah konferensi dengan tema konferensi Global Asias: Latent Histories, Manifest Impacts merupakan pengingat yang kuat akan peran UGM di Indonesia, Asia, dan sekitarnya,” katanya.

Menurut Rektor, keberadaan UGM berlokasi di bagian strategis Asia sangat diuntungkan karena Asia adalah rumah bagi peradaban paling awal di dunia. Budaya asli mereka merupakan sumber dari banyak praktik yang telah menjadi bagian integral masyarakat selama berabad-abad, seperti pertanian, perencanaan kota, dan agama. Geografi sosial dan politik benua ini terus mempengaruhi seluruh dunia.

Di sisi lain, kata Rektor, kekayaan budaya Asia dan sumber daya alam yang melimpah telah menarik berbagai kepentingan dan menempatkan Asia di jantung konflik global, namun juga menjadi tempat di mana masyarakat belajar tentang pembangunan perdamaian dan ketahanan.

Sebagai salah satu kawasan berkembang paling dinamis di dunia, sejarah mencatat bahwa Asia telah menjadi tempat persaingan strategis yang ketat antar negara-negara besar. “Saat ini, persoalan kolonialisme mungkin sudah jauh tertinggal dari kita. Namun, abad kedua puluh satu telah membawa permasalahan kontemporer yang tidak pernah dibayangkan oleh nenek moyang kita. Eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran demi pertumbuhan ekonomi telah membahayakan bumi” katanya.

Selain itu ,dampak perubahan iklim semakin nyata dalam bentuk suhu global dan kenaikan permukaan air laut, belum lagi erosi pantai, gelombang badai yang lebih tinggi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Ketidakseimbangan alam tersebut memicu efek bola salju pada seluruh aspek kehidupan, kesehatan, pendidikan, kemiskinan, dan seluruh aspek lain yang dinyatakan sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Rektor juga sempat menyinggung soal meningkatnya keunggulan politik dan ekonomi di Asia juga disertai dengan risiko konflik dan beban lingkungan. Oleh karena itu, konferensi AAS di Asia memainkan peran penting dalam menghubungkan para sarjana dengan keprihatinan bersama. Meskipun semua akademisi tidak diragukan lagi adalah tokoh terkemuka di bidangnya, namun konferensi ini menyediakan platform untuk menyatukan berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang untuk mencapai pendekatan komprehensif guna mencapai kemajuan umat manusia.

“Kami berharap suasana budaya Yogyakarta menginspirasi para peserta konferensi untuk memperkuat komitmen mereka untuk bergandengan tangan, memperkuat dampak kerja kami menuju kehidupan berkelanjutan,” ujarnya.

Kepada wartawan, President of the Association for Asian Studies (AAS), Hyaeweol Choi dari University of Iowa Amerika Serikat, menyampaikan alasan dipilihnya UGM sebagai tuan rumah karena Indonesia secara umum adalah lokasi yang sangat strategis untuk studi di Asia. Ditambah Yogyakarta adalah kota pendidikan menjadi tempat produksi dan distribusi ilmu pengetahuan baru. “Bagi saya sangat masuk akal untuk menyelenggarakan konferensi di sini, di pusat komunitas intelektual yang dinamis, jadi menurut saya ini adalah pilihan yang tepat,” katanya.

Sebagai Presiden AAS, Professor Choi menegaskan konferensi AAS in Asia merupakan sebuah wadah yang penting bagi para sarjana di Asia dan negara lain untuk bergabung bersama dalam berbagi pengetahuan terbaru dan mutakhir. Selain untuk memikirkan masa depan agar dunia yang harmonis dan hidup berdampingan secara lebih berkelanjutan seperti yang kita hadapi banyak krisis termasuk masalah lingkungan demokrasi serta kesenjangan sosial-ekonomi. “Jadi kita semua yang terpelajar di sini, kita semua membahas semua permasalahan kontemporer berdasarkan agenda sejarah dan kontemporer,” katanya.

Sebelum digelarnya konferensi ini, kata Choi, dirinya yang berada di komite program ikut menyeleksi proposal para panelis dan pembicara dan ia terkesan dengan hasil penelitian mutakhir. “Saya sangat terkesan dengan penelitian mutakhir yang berkualitas tinggi di bidang ini. Saya pikir dalam banyak hal, struktur akademis yang berpusat di Amerika Utara akan berubah karena Asia telah menjadi komunitas intelektual yang sedang berkembang namun juga sangat dinamis. Menurut saya, konferensi ini akan menjadi salah satu contoh mengapa kami mengadakan konferensi ini di Asia, agar konferensi ini lebih mudah diakses oleh para sarjana di Asia,” paparnya.

Sementra Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro selaku ketua penyelenggara menuturkan bahwa selama 3 hari para peneliti dan akademisi yang terlibat dalam konferensi ini akan berbicara tentang isu keimigrasian, lingkungan hidup, mobilitas, dan perbatasan yang merupakan isu-isu terkini di bidang sosial humaniora. “Termasuk isu-isu soal disabilitas dan inklusivitas yang sebenarnya relevan dengan apa yang dilakukan UGM sekarang ini,” katanya.

Seperti diketahui, Sebanyak lebih dari 1.500 akademisi, mahasiswa, seniman, dan praktisi dari 43 negara akan mengikuti konferensi internasional  ini. Peserta dari keempat  puluh tiga negara tersebut diantaranya berasal dari Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Kanada, Jerman, Belanda, Inggris, Korea Selatan, dan Australia.

Penulis: Gusti Grehenson

Foto: Firsto

Artikel Dihadiri Ribuan Peserta dari 43 Negara, Rektor UGM Buka Konferensi Internasional AAS in Asia pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/dihadiri-ribuan-peserta-dari-43-negara-rektor-ugm-buka-konferensi-internasional-aas-in-asia/feed/ 0
Mahasiswa FEB UGM Berpartisipasi dalam Konferensi HPAIR di Harvard https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-feb-ugm-berpartisipasi-dalam-konferensi-hpair-di-harvard/ https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-feb-ugm-berpartisipasi-dalam-konferensi-hpair-di-harvard/#respond Mon, 18 Mar 2024 07:43:03 +0000 https://ugm.ac.id/mahasiswa-feb-ugm-berpartisipasi-dalam-konferensi-hpair-di-harvard/ Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, I Gusti Ayu Maresta Amirta Puspa Pujawati, berkesempatan mengikuti konferensi bergengsi Harvard Project College for Asian and International Relation (HPAIR) Harvard Conference 2024 yang berlangsung di Cambridge, Boston, pada 9-11 Februari 2024. Mahasiswi program studi Ilmu Ekonomi angkatan 2021 ini mengikuti konferensi HPAIR 2024 bersama sekitar 100 peserta dari lebih dari […]

Artikel Mahasiswa FEB UGM Berpartisipasi dalam Konferensi HPAIR di Harvard pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, I Gusti Ayu Maresta Amirta Puspa Pujawati, berkesempatan mengikuti konferensi bergengsi Harvard Project College for Asian and International Relation (HPAIR) Harvard Conference 2024 yang berlangsung di Cambridge, Boston, pada 9-11 Februari 2024.

Mahasiswi program studi Ilmu Ekonomi angkatan 2021 ini mengikuti konferensi HPAIR 2024 bersama sekitar 100 peserta dari lebih dari 20 negara di benua Asia, Afrika, Eropa, serta Australia. Ia terpilih mengikuti konferensi prestisius ini setelah melalui serangkaian tahapan seleksi yang cukup ketat bersaing dengan lebih dari 10.000 pendaftar. Seleksi yang harus dilalui antara lain seleksi dokumen mulai dari motivation lettercurriculum vitae, transkripsi, hingga wawancara singkat terkait motivation letter.

“Senang dan bangga karena bisa lolos menjadi salah satu peserta yang terpilih mengikuti konferensi prestisius ini. HPAIR Conference telah memberikan pengalaman luar biasa yang memperkaya wawasan dan jejaring terutama saat sesi dengan para pemimpin industri dan diskusi mendalam telah membuka mata saya terhadap tantangan global mendatang,” paparnya baru-baru ini.

Maresta merupakan merupakan satu-satunya mahasiswa UGM yang turut serta dalam HPAIR 2024. Sementara dari Indonesia ia bersama dengan tiga mahasiswa lainnya dari UI dan ITB.

HPAIR merupakan konferensi tahunan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1991. Hingga saat ini sudah terlaksana 50 konferensi di 20 negara tuan rumah yang berbeda di seluruh dunia. Tahun ini, Harvard Converence mengusung tema Charting New Horizons: Mapping Present & Future.

“Konferensi ini bertujuan menghubungkan pemimpin global saat ini dengan pemimpin masa depan dalam forum dinamis pertukaran ide,” tutur Maresta.

Selama konferensi Maresta berpartisipasi secara aktif dalam menyelesaikan studi kasus bisnis. Misalnya, merumuskan strategi pemasaran hijau untuk perusahaan Patagonia dan Clav. Tak hanya itu, peserta konferensi juga berkesempatan mendengarkan paparan tentang rantai pasok hijau, dampak hubungan internasional terhadap bisnis, hingga strategi pemasaran produk mewah dari sejumlah pembicara ternama dunia. Beberapa diantaranya adalah Paul Scanlan (Former CTO of Huawei), Sun Choe (Chief Product Officer of Lululemon), Carol Rollie Flynn (President of FPRI and Retired from CIA), Smriti Aryal (Head of UN Women China), Honey Lacuna (Mayor of Manila), Anoulak Kittikhoun (CEO of Mekong River Commission), Jake Setnicka (Strategy and Environmental Manager at Patagonia), serta Stephane Lafay (Former President of Tiffany & Co Asia). Selain mengikuti konferensi, peserta juga berkesempatan mengikuti Harvard Campus Tour, dan International Night untuk mempresentasikan budaya dari negaranya masing-masing.

Penulis: Hilda Bhakti Fahrezi, Editor: Ika

Foto: Dok. I Gusti Ayu Maresta Amirta Puspa Pujawati

Artikel Mahasiswa FEB UGM Berpartisipasi dalam Konferensi HPAIR di Harvard pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/mahasiswa-feb-ugm-berpartisipasi-dalam-konferensi-hpair-di-harvard/feed/ 0