farmasi Arsip - Universitas Gadjah Mada https://ugm.ac.id/id/tag/farmasi/ Mengakar Kuat dan Menjulang Tinggi Wed, 10 Jul 2024 10:24:36 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.1.7 Penggunaan Big Data Percepat Pengembangan Obat Baru https://ugm.ac.id/id/berita/penggunaan-big-data-percepat-pengembangan-obat-baru/ https://ugm.ac.id/id/berita/penggunaan-big-data-percepat-pengembangan-obat-baru/#respond Tue, 06 Feb 2024 14:11:40 +0000 https://ugm.ac.id/penggunaan-big-data-percepat-pengembangan-obat-baru/ Ketersediaan produk farmasi, termasuk obat-obatan baru dan inovatif di Indonesia masih terbatas. Bahkan, obat baru di tanah air saat ini masih didominasi produk impor. Salah satunya dikarenakan masih terbatasnya industri farmasi yang mengasilkan obat berbasis riset meski pemerintah telah melakukan intervensi regulasi. “Industri farmasi di Indonesia lebih banyak melakukan formulasi dan atau pengemasan obat dibandingkan […]

Artikel Penggunaan Big Data Percepat Pengembangan Obat Baru pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Ketersediaan produk farmasi, termasuk obat-obatan baru dan inovatif di Indonesia masih terbatas. Bahkan, obat baru di tanah air saat ini masih didominasi produk impor. Salah satunya dikarenakan masih terbatasnya industri farmasi yang mengasilkan obat berbasis riset meski pemerintah telah melakukan intervensi regulasi.

“Industri farmasi di Indonesia lebih banyak melakukan formulasi dan atau pengemasan obat dibandingkan memproduksi obat berbasis riset,” jelas Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. apt. Arief Nurrochmad, M.Si., M.Sc., Selasa (6/2) di Balai Senat UGM.

Memaparkan pidato pengukuhan berjudul Peran Farmakologi dan Toksikologi dalam Pengembangan Obat Baru: Perspektif Baru Penggunaan Big Data dan Jejaring Farmakologi, ia mengatakan produksi obat berbasis riset dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan obat. Sementara pengembangan obat baru memerlukan proses panjang dan waktu yang lama.

“Pengembangan obat baru mulai dari ide awal hingga peluncuran produk jadi merupakan proses yang kompleks, memakan waktu 12–15 tahun dan menghabiskan biaya lebih dari 1 miliar USD,”paparnya.

Pada awalnya, target obat terapeutik harus diidentifikasi dengan metode eksperimental secara tradisional. Kemudian, ahli biologi struktural muncul untuk menguraikan struktur tiga dimensi (3D) serta karakteristik pengikatan ligand untuk mengungkapkan apakah hal ini memungkinkan sebagai target obat baru. Selanjutnya, ahli kimia obat dan farmakologi menggunakan high-throughput screening untuk menemukan beberapa senyawa timbal yang sangat efektif untuk penilaian keamanan lebih lanjut serta uji klinis.

Secara umum, lanjutnya, prosedur tersebut mahal dan membosankan. Pada tahun 2018, hasil studi Moore et.al 2008 menemukan bahwa biaya rata-rata uji kemanjuran untuk 59 obat baru yang disetujui oleh FDA selama 2015-2016 adalah 19 juta USD. Oleh karena itu, diperlukan metode untuk mengatasi keterbatasan prosedur penemuan obat konvensional dengan memperkenalkan metode yang lebih efisien, berbiaya rendah dan berbasis komputasi.

“Dibandingkan dengan metode penemuan obat secara tradisional, desain obat yang rasional, penggunaan metode desain obat yang dibantu komputer, terbukti lebih efisien dan ekonomis,”ucapnya.

Desain obat rasional mengintegrasikan molecular docking ke kantong ikatan ligan dari target terapeutik yang menjanjikan, menghitung energi ikatan dari setiap senyawa molekul kecil. Selain itu, secara selektif memilih yang terbaik sebagai kandidat untuk masuk ke tahap prosedur eksperimental berikutnya. Penelitian Ferreira et al., 2015 mencatat saat ini ada lebih dari 100.000 struktur 3D protein yang telah disimpan dalam Protein Data Bank (PDB) untuk molecular docking. Berbeda dengan metode tradisional, desain obat rasional telah meningkatkan tingkat hit skrining obat lebih dari 100 kali.

Oleh sebab itu, Arief menegaskan pentingnya melakukan pemanfaatan setiap kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang farmakologi dan toksikologi sebagai upaya penemuan dan pengembangan obat baru. Semakin baik kandidat obat dirancang selama tahap percobaan, akan meminimalkan kemungkinan obat tersebut gagal pada tahap akhir terutama dalam uji klinis dengan pengujiannya sangat mahal.

Pandemi COVID-19, lanjutnya, telah memaksa semua pihak memikirkan kembali cara mempercepat waktu penemuan dan pengembangan obat dan vaksin. Metode penemuan obat yang baru, efektif, dan lebih murah menjadi penting.  Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) bersama dengan big data mempunyai potensi untuk menyediakan sumber dan metodenya yang mampu menganalisis data dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.

“Penggunaan big data dan AI berkembang begitu cepat sehingga meningkatkan penemuan target obat dalam kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,”ucapnya.

Penulis: Ika

Foto: Donnie

Artikel Penggunaan Big Data Percepat Pengembangan Obat Baru pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/penggunaan-big-data-percepat-pengembangan-obat-baru/feed/ 0
UGM dan Tempo Scan Group Jajaki Kerja Sama Pembuatan Parasetamol https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-dan-tempo-scan-group-jajaki-kerja-sama-pembuatan-parasetamol/ https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-dan-tempo-scan-group-jajaki-kerja-sama-pembuatan-parasetamol/#respond Wed, 13 Dec 2023 08:06:06 +0000 https://ugm.ac.id/ugm-dan-tempo-scan-group-jajaki-kerja-sama-pembuatan-parasetamol/ Tempo Scan Group melakukan audiensi dengan Universitas Gadjah Mada.  Audiensi berlangsung di ruang Rektor, Selasa (12/12) dihadiri Presiden Komisaris, Handojo S Muljadi, dan Presiden Direktur Tempo Scan Grup, I Made Dharma Wijaya diikuti beberapa jajaran manajemen. Sementara dari UGM tampak hadir Rektor, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D, Dekan Fakultas Teknik, Direktur Penelitian, Direktur Pengembangan […]

Artikel UGM dan Tempo Scan Group Jajaki Kerja Sama Pembuatan Parasetamol pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Tempo Scan Group melakukan audiensi dengan Universitas Gadjah Mada.  Audiensi berlangsung di ruang Rektor, Selasa (12/12) dihadiri Presiden Komisaris, Handojo S Muljadi, dan Presiden Direktur Tempo Scan Grup, I Made Dharma Wijaya diikuti beberapa jajaran manajemen. Sementara dari UGM tampak hadir Rektor, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D, Dekan Fakultas Teknik, Direktur Penelitian, Direktur Pengembangan Usaha, Direktur Kemitraan dan Relasi Global, WDP2MKSA Fakultas Farmasi, Kasubdit KSDN DKRG, dan Tim Parasetamol UGM.

Dalam pertemuan tersebut, Tempo Scan Group dan UGM membahas berbagai persoalan menyangkut kemandirian obat di Indonesia. Secara panjang lebar keduanya membuka diri untuk kemungknan kerja sama pembuatan parasetamol.

Handojo Muljadi menyampaikan saat covid melanda banyak pihak membicarakan terkait kemandirian bahan baku obat. Padahal, menurutnya dalam industri farmasi yang terpenting adalah soal captive market.

Tanpa memiliki captive market atau captive market yang terframentasi akan menyusahkan industri farmasi. Seperti amlodiphine atau captopril dan lain-lain, ketika sebuah BUMN berniat membangun industri semacam itu tentu menimbang berulang kali jika tidak memiliki serapan captive market.

Dengan captive market yang terframentasi mengakibatkan cost menjadi tinggi yang pada akhirnya menjadi keluhan industri kepada pemerintah untuk meminta proteksi. Hal-hal semacam itu menurutnya kini tidak bisa lagi dilakukan.

Karena itu, Tempo Scan Group memberanikan diri ke UGM untuk bekerja sama sekaligus membantu visibility study parasetamol. Handojo berpandangan konsumsi parasetamol hingga kini sudah mencapai 40 persen dari konsumsi nasional.

“Untuk itu, sekarang tinggal mencari soal bentuk kerja sama seperti apa dan bagaimana. Kira-kira begitu maksud kedatangan kami ke sini,” ucap Handojo Muljadi.

Ova Emilia menyambut baik kemungkinan kerja sama yang akan terjalin. Menurutnya, soal parasetamol ini UGM sudah lama mendiskusikan dan mengikuti perkembangan yang terjadi di industri farmasi.

Ova mengaku pernah menyampaikan kepada Ketua MWA, Prof. Pratikno, jika UGM berniat membuat parasetamol. Semuanya dibahas sebagai langkah awal hingga pembahasan hampir final.

Rektor melihat hal ini sebagai kesempatan karena bagaimanpun parasetamol tidak menarik dan tidak ekonomis mengingat bahan bakunya sebagian besar berasal dari luar negeri.

“Tapi saya kira kemandirian ini lebih terkait pada rasa percaya diri dan ini tidak selalu ada kaitannya dengan uang atau ekonomi. Ini soal spirit yang nampaknya perlu dikembangkan. Bukan soal uang atau ekonomi tapi ini soal values karena obat-obat ini sifatnya strategis di Indonesia,” ungkapnya.

Penulis : Agung Nugroho

Fotografer : Firsto

Artikel UGM dan Tempo Scan Group Jajaki Kerja Sama Pembuatan Parasetamol pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/ugm-dan-tempo-scan-group-jajaki-kerja-sama-pembuatan-parasetamol/feed/ 0
Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Tekankan Pentingnya Penerapan Farmakokinetik dan Farmakodinamik https://ugm.ac.id/id/berita/guru-besar-fakultas-farmasi-ugm-tekankan-pentingnya-penerapan-farmakokinetik-dan-farmakodinamik/ https://ugm.ac.id/id/berita/guru-besar-fakultas-farmasi-ugm-tekankan-pentingnya-penerapan-farmakokinetik-dan-farmakodinamik/#respond Thu, 07 Dec 2023 06:28:36 +0000 https://ugm.ac.id/?p=62701 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 melaporkan adanya 700.000 kematian yang diakibatkan oleh resistensi mikroba, khususnya yang terbanyak adalah infeksi saluran nafas, penyakit menular seksual dan infeksi saluran kemih. Salah satu kelompok peneliti bahkan meramalkan terjadinya kematian yang sangat besar pada tahun 2050 akibat resistensi mikroba terhadap antimikroba. Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas […]

Artikel Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Tekankan Pentingnya Penerapan Farmakokinetik dan Farmakodinamik pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 melaporkan adanya 700.000 kematian yang diakibatkan oleh resistensi mikroba, khususnya yang terbanyak adalah infeksi saluran nafas, penyakit menular seksual dan infeksi saluran kemih. Salah satu kelompok peneliti bahkan meramalkan terjadinya kematian yang sangat besar pada tahun 2050 akibat resistensi mikroba terhadap antimikroba.

Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. apt. Ika Puspita Sari, M.Si. salah satu kunci penting pengendalian resistensi mikroba terletak pada penerapan One Health, yaitu pendekatan kolaborasi, multi disiplin, pada tingkat lokal hingga global, terkait kesehatan manusia dengan hubungannya terhadap kesehatan hewan dan lingkungan.

“Pemberian antimikroba kepada hewan ternak yang tidak bijak akan memunculkan mikroba yang resisten terhadap antimikroba, yang akan masuk kepada manusia melalui makanan. Residu antimikroba pada daging ternak tidak rusak oleh berbagai metode memasak makanan akan masuk ke dalam tubuh manusia. Dari sisi manusia, penggunaan antimikroba yang bijak merupakan kunci melambatnya resistensi,” terang Ika dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Farmakologi dan Toksikologi yang digelar di Balai Senat UGM, Kamis (7/12).

Penggunaan antimikroba bijak, lanjut Ika, diartikan sebagai penggunaan antimikroba pada indikasi yang ketat, menggunakan antimikroba spektrum sempit, dosis adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat. Antimikroba bijak mengutamakan prinsip pembatasan penggunaan antimikroba Access, Watch dan Reserve (AWaRe) dengan disertai dengan penerapan farmakokinetik dan farmakodinamik.

Kegiatan dalam upaya mengendalikan resistensi antimikroba dengan meningkatkan kualitas penggunaan antimikroba dengan tujuan meningkatkan kesembuhan pasien dan keselamatan pasien dicanangkan secara nasional dengan program penatagunaan antimikroba yang merupakan terjemahan dari antimicrobial stewardship program dari WHO. 

“Ilmu yang harus dikuasai oleh farmasi dalam upaya menjalankan penatagunaan antimikroba adalah pemahaman farmakokinetik dan farmakodinamik yang diaplikasikan tergantung organ sumber infeksi yang akan memberikan konsekuensi pemilihan antimikroba optimal,” paparnya. 

Dalam pidatonya Ika memberikan paparan terkait sifat fisika kimia antimikroba. Sifat fisika kimia antimikroba, menurutnya, akan memberikan konsekuensi pada jumlah obat yang mengalami penetrasi menembus membran menuju lokasi infeksi. 

Kondisi pasien pun menentukan jalur pemberian antimikroba. Bagi pasien dalam kondisi kritis, maka pemberian antimikroba bijak mengutamakan masuknya antimikroba sesegera mungkin mengingat penundaan antimikroba akan meningkatkan kematian pasien. Misalnya, pasien sepsis risiko tinggi yang tidak mendapatkan antimikroba sesegera mungkin memiliki kemungkinan mengalami kematian tiga kali lipat.

Berbagai tantangan dalam optimalisasi antimikroba, menurut Ika, menunjukkan pentingnya peran ilmu farmakokinetik dan farmakodinamik. “Peran ilmu farmakologi khususnya farmakokinetik dan farmakodinamik harus terus ditingkatkan mengingat optimalisasi antimikroba dan obat-obat lainnya membutuhkan pertimbangan farmakokinetik dan farmakodinamik,” pungkasnya. 

 

Penulis: Gloria

Fotografer: Firsto

Artikel Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Tekankan Pentingnya Penerapan Farmakokinetik dan Farmakodinamik pertama kali tampil pada Universitas Gadjah Mada.

]]>
https://ugm.ac.id/id/berita/guru-besar-fakultas-farmasi-ugm-tekankan-pentingnya-penerapan-farmakokinetik-dan-farmakodinamik/feed/ 0